Transitor adalah alat semikonduktor yang digunakan sebagai penguat di dalam suatu rangkaian. Ada beberapa hal fungsi lain dari transistor , bisa digunakan sebagai sirkuit pemutus dan penyambung ( sebagai switch ), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya(BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit seumber listriknya.
Fungsi-Fungsi dari transistor pada umumnya :
- Sebagai penyearah
- Sebagai penguat tegangan dan Daya
- sebagai stabilisasi tegangan
- sebagai mixer
- sebagai osilator
- sebagai switch ( pemutus dan penyambung sirkuit )
Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronika modern. seperti halnya dalam rangkaian analog, transistor juga digunakan di dalam rangkaian penguat (amplifier). rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikaian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan komponen-komponen lainnya. Pada umumnya transistor memiliki tiga kaki yang biasa disebut dengan colector (C) , emiter (E) dan basis (B) . Untuk menentukan dimana letak basis , emiter atau kolektornya kita bisa menggunakan avometer.
Seperti halnya gambar dibawah ini lah contoh dari jenis transistor yaitu :
- NPN
- PNP
Cara menetukan kaki pada transistor :
Menetukan transistor tipe PNP
- Atur selektor avometer pada posisi Ohm, terserah mau menggunakan perbesaran yang mana
- lalu hubungkan probe merah ke probe basis (B) dan probe hitam pada teminal emiter (E). jika jarum bergerak ke kanan menunujukan nilai tertentu , berarti Transitor tersebut dalam keadaan baik
- pindahkan probe hitam pada teminal kolektor (C), jika jarum bergerak ke ke kanan menunjukan nilai tertentu , berarti transitor dalam keadaan baik.
Menentukan transitor tipe NPN
- Atur selektor avometer pada posisi Ohm, terserah mau menggunakan perbesaran yang mana
- lalu hubungkan probe hitam ke probe basis (B) dan probe merah pada teminal emiter (E). jika jarum bergerak ke kanan menunujukan nilai tertentu , berarti Transitor tersebut dalam keadaan baik
- pindahkan probe merah pada teminal kolektor (C), jika jarum bergerak ke ke kanan menunjukan nilai tertentu , berarti transitor dalam keadaan baik.
catatan
Jika tata letak probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka jarum pada avometer analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau "open"
Cara kerja transitor
Pada dasarnya transistor ada dua jenis atau tipe dari transistor. Ada transistor BJT atau bipolar junction transitor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor bipolar (NPN) dan transistor FET atau field effect transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor effect (PNP). Berikut cara kerja transistor BJT. Sesuai dengan namanya transitor bipolar ( BJT ) menggunakan dua polaritas yang membawa muatan untuk membawa arus listrik pada kanal produksinya. Di dalam transistor bipolar ( BJT ) juga terdapat suatu lapisan pembatas yang dinamakan depletion zone, yang pada akhirnya setiap arus listrik yang akan masuk akan melewati pembatas tersebut dan terbagi karena adanya depletion zone ini.
Transitor effect ( FET ) Sedikit berbeda dengan cara kerja pada transistor bipolar. Dimana pada transistor effect (FET) ini hanya menggunakan satu jenis polaritar atau pembawa muatan arus listrik. Hal ini jelas berbeda dengan transistor bipolar yang memiliki dua polaritas pembawa muatan. Untuk transistor effect ( FET ), arus yang masuk tidak akan terbagi menjadi dua aliran seperti pada transistor bipolar. Karena posisi letak depletion zone dari resistor effect terdapat di kedua sisi bukan berada di tengah-tengah. Sebenarnya untuk tipe atau jenis transistor dari BJT dan FET sendiri sama saja fungsinya, yang membedakan adalah dari cara kerja transistornya saja. semoga pembahasan kali ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
No comments:
Post a Comment